Selamat datang di Kiprah Nusantara News

Gayus Halomoan Tambunan Mulai Bernyanyi

Selasa, 20 Desember 20110 komentar


Di dampingi Anan Buyung Nasution Gayus Halomoan Tambunan mengungkapkan kerja Satgas Mafia Hukum ,menurut Gayus tiga kali bertemu Denny Indrayana pada 18 Maret, 22 Maret, dan 24 Maret 2010. Selama pertemuan itu, berulang kali Denny bilang, kalau bisa kasus mafia hukum dipegang  Komisi Pemberantasan Korupsi, karena Denny tidak percaya pada Mabes Polri menurut Gayus ke Singapura pada 24 Maret 2010, langsung ke bandara setelah bertemu Satgas karena disuruh Denny. Agar saya tidak dijadikan korban bersama Andi Kosasih, sambil menunggu Haposan ditangkap terlebih dahulu. Jika Haposan sudah ditangkap maka Denny akan menjemput saya di Singapura dan kembali membawa saya ke Indonesia.

 Dia memberi tahu Denny dan Ota tentang uang lebih Rp50 miliar di safe deposit box. Namun saya tidak pernah beritahu uang itu dari mana. Di beberapa kesempatan, Denny dan Ota bilang itu dari Bakrie Grup. Saya tidak pernah menyatakan itu.


Bertemu di Singapura, Denny menjanjikan kepada saya. Apabila saya bongkar mafia hukum, saya akan dibantu sebagai whistle blower. Karena Denny dekat dengan media, dia akan omong tiap hari, sehingga hukuman saya akan diringankan.

Kenyataannya justru Denny memojokkan saya terus-menerus dan menjadikan kasus saya sebagai alat politik. Khususnya tiga perusahaan Grup Bakrie yang disuruhnya untuk diungkap. Adnan Buyung Nasution sesudah sidang itu menjelaskan soal 151 perusahaan yang ditangani Gayus. Buyung mengaku sudah bertanya ke KPK soal 151 perusahaan itu. Dan memang benar ada. Dan sesudah itu, katanya, baru dibongkar polisi. “Kenapa selama ini didiamkan saja.”
Buyung  mengaku heran, mengapa selama ini kasus Gayus hanya diarahkan dan diekspos secara selektif kepada tiga perusahaan di bawah Grup Bakrie: Bumi Resources, Kaltim Prima Coal, dan Arutmin.
Dalam persidangan juga, lanjut Buyung,  Gayus juga bersaksi bahwa dia menangani 149 wajib pajak. Dari jumlah itu, 44 perusahaan ditangani langsung. "Jadi, dari 44 perusahaan itu kenapa yang diekspos hanya perusahaan Bakrie Group? Ini persoalan," kata Buyung.
Pengacara senior ini menegaskan bahwa  jika semua semua perusahaan itu dibongkar, baru di situ akan terbuka bahwa jaringan mafia pajak di Indonesia sudah begitu menggurita. "Anehnya tidak dibongkar," ujar Buyung.

Denny bukannya berempati terhadap wanita yang sedang sedih dan tertekan karena suami dipenjara, mengurus anak kecil, malah memaksa istri jujur apakah bertemu Ical (Aburizal Bakrie) di Bali. Padahal, istri sudah jujur tidak bertemu Ical di Bali. Kalau memang tidak bertemu, apa harus bilang bertemu?
Denny yang menyarankan saya memakai pengacara dari Adnan Buyung dan partner, dan mengantar istri dan ibu mertua saya menemui Bang Buyung. Namun justru Denny bermanuver sendiri yang merugikan luar biasa saya dan Bang Buyung, dengan selalu menembak Ical. Bukannya membongkar mafia pajak yang kemungkinan melibatkan Direktur dan Dirjen Pajak, atau membongkar peran Cirus Sinaga yang kemungkinan membongkar kasus Antasari.



Satu hal lagi, berdasarkan cerita John Grice kepada saya, John Grice adalah agen CIA (agen intelijen Amerika Serikat). Dan semua kegiatannya diketahui dan direstui oleh salah seorang anggota Satgas.
Adnan Buyung Nasution menegaskan bahwa soal agen CIA itu baru diungkap sekarang, sebagai buntut dari kasus paspor palsu. Duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia,  Scott Alan Marciel, menegaskan bahwa tuduhan tentang keterlibatan agen CIA dalam kasus Gayus Tambunan merupakan urusan hukum Indonesia. Penyelesaiannya adalah melalui penyelidikan aparat hukum Indonesia, bukan pemerintah AS.
"Saya tidak tahu siapa orang Amerika yang bernama John Jerome itu. Saya tidak pernah dengar sebelumnya," kata Marciel usai bertemu pimpinan Komisi I DPR RI di Jakarta, Rabu, 19 Januari 2011.



Share this article :

Posting Komentar